Antropologi kesehatan adalah salah satu cabang disiplin ilmu antropologi yang berkembang dari tradisi bioantropologi di masa pasca perang dunia kedua. Kajian mengenai kesehatan ini tidak banyak yang mengembangkan, temasuk di Indonesia. Berbeda dengan studi mengenai konflik, ekonomi, dan politik yang literaturnya dengan mudah dapat kita temukan. Salah satu karya penting dalam antropologi kesehatan adalah karya yang berjudul Medical Anthropology (Foster and Anderson, 1978) yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Priyanti Pakan Suryadarma dan Meutia F. Hatta Swasono (2006).

Buku ini dapat dikatakan sebagai sebuah pengantar yang komperhensif dalam menjelaskan hubungan antara antropologi dan kesehatan yang selama ini dipandang hanya milik fakultas-fakultas yang terkait (FK atau FKM). Selain itu dapat dilihat pada perspektif mana antropologi dapat masuk untuk mengkaji fenomena kesehatan yang ada di masyarakat. Salah satu konsep penting ditawarkan oleh Foster dan Anderson dalam membagi etiologi (asal muasal) penyakit dalam masyarakat adalah personalistik dan naturalistik. Mudahnya personalistik menjelaskan sebuah penyakit yang ada pada seseorang berasalkan dari intervensi agen aktif (manusia/tukang sihir, bukan manusia/dewa atau roh leluhur, makhluk supranatural/jin atau makhluk gaib) yang menyerang seseorang dan naturalistik menjelaskan bahwa penyakit berasal dari ketidak seimbangan yang ada di dalam tubuh, seperti contoh yin yang pada masyarakat Cina (Foster and Anderson, 2013: 63-78). Saya memandang Foster dan Anderson menawarkan ini sebagai 2 konsep yang berdiri masing-masing, bukan sebagai konsep yang dapat berhubungan satu dengan lainnya. Foster dan Anderson memandang 2 konsep ini hanya ada pada dunia non-barat (secara tidak langsung menggambarkan sebuah pemahaman akan kesehatan yang “unik” atau sederhana pada dunia non-barat yang dianggap “kurang/tidak” modern) yang secara jelas ditulis pada bagian etnomedicine.